logo seputarnusantara.com

Muhammad Najib : Tank Leopard dan Pesawat Tanpa Awak Harus Dikaji

Muhammad Najib : Tank Leopard dan Pesawat Tanpa Awak Harus Dikaji

Ir. Muhammad Najib, M. Sc., Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN (Partai Amanat Nasional)

23 - Feb - 2012 | 02:37 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Komisi I DPR RI hingga kini belum bisa mengambil keputusan menolak atau menyetujui rencana pembelian tank Leopard dari Belanda. Mereka masih menunggu penjelasan lebih tuntas dari pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI), terutama tentang urgensi pembelian tank itu untuk kondisi geografis dan perkiraan ancaman keamanan di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Ir. Muhammad Najib, M. Sc., Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN (Partai Amanat Nasional) kepada seputarnusantara.com di Gedung Nusantara 1 DPR pada hari Rabu, 22 Februari 2012.

Sebagaimana diberitakan, TNI AD berencana untuk membeli tank Leopard dari Belanda. Namun, hingga kini, DPR belum menyetujuinya dengan berbagai pertimbangan. Najib memaparkan bahwa TNI berencana membeli tank bekas dari Belanda namanya Leopard buatan Jerman.

” Menurut hemat saya, kita tidak boleh melakukan pengadaan itu hanya berdasarkan pada harga jual yang murah dan apa yang dijual oleh orang. Tapi kita harus berangkat dari semangat grand strategi pertahanan kita. Dengan kondisi geografis dan paradigma historis bangsa Indonesia, kita harus mengkaji lagi pembelian tank Leopard dari Belanda,” ungkap Muhammad Najib.

Dia menjelaskan, kalau dirumuskan tentang masalah alutsista (alat utama sistem senjata) kita, maka paradigma yang harus dipakai adalah kemandirian, tidak bergantung pada negara lain dan pengembangan industri pertahanan dalam negeri.

” Tetapi persoalannya sekarang adalah, pergantian pejabat tidak boleh secara sporadis membeli barang yang dijual oleh orang, padahal barang tersebut tidak cocok dengan kondisi kita, baik secara geografis maupun historis,” tegas Politisi dari Partai Amanat Nasional ini.

Seharusnya, Najib memaparkan, semangatnya adalah Pemerintah harus menghidupkan industri pertahanan dalam negeri seperti PT. Pindad, PTDI, PT. PAL dll…Semangatnya harus itu, untuk mengembangkan industri pertahanan dalam negeri kita.

” Semangat ToT (Transfer of Technology) dari negara lain sah- sah saja, dengan melakukan kerjasama pertahanan. Yang terpenting adalah kita tidak boleh bergantung pada negara lain. Kita harus melakukan kerjasama pertahanan dengan negara lain, untuk mengembangkan industri pertahanan. Tetapi tetap dalam kemandirian dan memegang teguh jati diri bangsa,” tandasnya.

Dengan mengembangkan industri pertahanan dalam negeri, pada satu sisi kita mengurangi ketergantungan pada negara- negara lain, dan pada sisi lain kita bisa menghidupi industri pertahanan dalam negeri. Bahkan kedepannya akan bisa jadi entitas bisnis yang menyerap banyak tenaga kerja dan akan menghasilkan devisa negara. Kualitas produk dari industri pertahanan kita sudah diakui oleh berbagai negara.

” Mengandalkan senjata import akan banyak persoalan ; seperti masalah perawatan pasca jual, onderdil yang sulit didapat ketika diboikot oleh negara penjual,” tambahnya.

Muhammad Najib menjelaskan bahwa ada dua isu yang sedang hangat dan berkembang di Komisi I DPR RI , pertama masalah pembelian tank Leopard dan kedua, masalah pesawat tanpa awak.

Masalah tank Leopard, spesifikasinya : berat 60 ton, digunakan untuk pertempuran di lokasi terbuka, untuk jarak jauh dan tepat digunakan untuk kontur tanah Eropa dan juga cocok di Afrika dan Arab Saudi. Menurut Najib, Tank Leopard ini tidak cocok di Indonesia, karena tanah di Indonesia sawah dan hutan. Di sawah tank bisa terjerembab, sedangkan  di hutan tank tersebut tidak bisa melihat/ tampak lawannya.

Dari segi desain tank TNI yang cocok adalah tank Scorpion dari Prancis, spesifikasinya : berat 20- 30 Ton dan tank ini sudah dimodifikasi oleh PT. Pindad dan berhasil, kenapa ini yang tidak dikembangkan?

Kedua, mengenai isu pesawat tanpa awak. Untuk menjaga perbatasan Papua dan Kalimantan, kita memahami memang tepat menggunakan  pesawat tanpa awak. Tapi pertanyaannya adalah, kenapa harus beli dari Israel? Padahal kita tidak mempunyai hubungan diplomatik maupun hubungan dagang dengan negara Israel. Ini akan jadi masalah.

” Yang rumit adalah masalah teknologi dalam pesawat tanpa awak tersebut. Kita tidak bisa membuka software- nya, itu merupakan rahasia dari negara Isreal. Pertanyaannya adalah, apakah tidak ada spionase/ intelijen dari negara Israel dalam pesawat tanpa awak tersebut? Sehingga Israel akan mengetahui pemetaaan dan informasi yang kita lakukan dengan melakukan penyadapan.

” Saya kira masalah- masalah tersebut bukan sesuatu yang mustahil. Kalau Isreal yang jauh disana, mungkin tidak ada kepentingan, tetapi jika data dan informasi tersebut dijual ke pihak lawan Indonesia, maka harganya akan bisa lebih mahal dari harga pesawat tanpa awak tersebut,” tegas Najib.

Banyak negara yang menjual pesawat serupa dengan harga yang terjangkau dan tidak membahayakan keamanan dan pertahanan Indonesia. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline