logo seputarnusantara.com

Erik Satrya Wardhana : Kualitas & Moralitas Pemilu 2014 Sangat Rendah

Erik Satrya Wardhana : Kualitas & Moralitas Pemilu 2014 Sangat Rendah

Erik Satrya Wardhana, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Hanura

15 - Agu - 2014 | 19:30 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Dari proses pembangunan, bangsa Indonesia yang sudah 69 tahun merdeka, kita bersyukur makin banyak orang yang terdidik, orang pintar, makin banyak teknokrat dan makin banyak ahli. Itu semua ikut membentuk dan mewarnai pemerintahan dari waktu ke waktu.

Hal tersebut disampaikan oleh Erik Satrya Wardhana, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Hanura.

Menurutnya, yang masih langka di Indonesia adalah soal kejujuran. Seringkali pemerintah tidak jujur kepada rakyatnya, dan juga seringkali rakyat tidak jujur kepada dirinya sendiri. Dari proses Pemilu Legislatif 2014, secara demokrasi prosedural memang mengalami peningkatan, tetapi secara substantif mengalami penurunan. Artinya, kualitas Pemilu 2014 sangat rendah.

” Karena, demokrasi tidak berarti apa- apa atau bahkan menjadi musibah kalau ada kekosongan moral. Nah pada Pemilu Legislatif 2014 kemarin, menurut saya, moralitasnya menurun. Begitu banyak transaksi dalam proses Pemilu. Baik transaksi antara Caleg dengan masyarakat, antara Caleg dengan penyelenggara pemilu, dan antara masyarakat dengan penyelenggara pemilu. Saya percaya pada rumus : proses rekrutmen yang berlangsung baik, akan menghasilkan output yang baik juga. Kalau proses rekrutmen kurang baik, outputnya juga kurang baik,” tegas Erik kepada seputarnusantara.com di Gedung Nusantara 1 DPR- Senayan, Jumat 15 Agustus 2014.

Lebih lanjut Erik memaparkan, hasil yang kurang baik itu tidak hanya mewarnai postulat Parlemen kedepan, tetapi juga akan mempengaruhi proses politiknya. Dan proses pembangunan juga akan menurun, dan dikhawatirkan produk- produk Parlemen kedepan juga akan rendah kualitasnya.

” Karena prosesnya tidak lebih baik dari Pemilu sebelumnya. Tetapi sebenarnya, nilai moral ini tidak hanya di Pemilu, tetapi pada semua bidang kehidupan. Mengenai rendahnya moralitas Pemilu, itu dilakukan oleh hampir semua pihak. Jadi baik peserta pemilu yakni partai politik, para Caleg, penyelenggara pemilu dan Masyarakat semua terlibat dalam rendahnya moralitas Pemilu 2014. Karena transaksi itu terjadi lebih dari satu pihak tentunya,” tegasnya.

Jadi, lanjut Erik, itu menjadi PR bangsa kita kedepan. Karena kalau kita bandingkan dengan pendidikan, walaupun pendidikan secara kuantitatif mengalami peningkatan. Dan demokrasi secara prosedural juga mengalami peningkatan, tetapi yang lupa adalah ada amanat dalam UUD 45 di pasal mengenai pendidikan nasional, yang menjadi tujuan pendidikan nasional adalah peningkatan kualitas akhlaq manusia Indonesia. Itu secara tekstual tertuang dalam UUD 45. Intinya soal kejujuran dan soal moralitas dalam berbangsa dan bernegara.

” Pesan saya, tidak ada prestasi yang bisa dicapai secara instan, dalam bidang apapun. Saya tidak setuju kalau ada seniman yang tiba- tiba menjadi besar, juga seorang politisi yang tiba- tiba besar tanpa ada proses panjang. Semua harus ditekuni dari awal, dan saya kira semua harus berproses. Karena proses itu yang akan memberikan kematangan. Saya himbau kepada pemuda untuk menekuni satu hal secara baik dan alamiah, karena buah yang matang dikarbit, tidak akan lebih baik dengan buah yang matang di pohon. Jangan bermimpi sesuatu dapat dicapai dengan instan,” pungkas Erik Satrya Wardhana di penghujung wawancara. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline