logo seputarnusantara.com

Nyat Kadir : Tahun 2014, Maskapai Garuda Rugi Hingga Rp 4,87 Triliun

Nyat Kadir : Tahun 2014, Maskapai Garuda Rugi Hingga Rp 4,87 Triliun

Nyat Kadir, Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai NasDem

20 - Agu - 2015 | 15:25 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Terlepas dari problematika etika komunikasi yang ditunjukkan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli yang baru dilantik kurang dari sebulan, fakta mengenai kondisi Garuda Indonesia tidak bisa dikesampingkan.

Maskapai plat merah yang dinobatkan sebagai salah satu dari 10 maskapai terbaik dunia versi Skytrax World Airlines Award 2015 ternyata memiliki catatan keuangan yang merugi.

Tahun 2014, maskapai dengan kode saham GIAA ini membukukan kerugian USD 371,9 juta atau sekitar Rp 4,87 triliun (kurs Rp 13.100 per USD). Kabar baiknya, di semester pertama tahun 2015 Garuda Indonesia mencatat keuntungan sebesar USD 27,72 juta atau setara Rp 368,67 miliar. Akan tetapi, keuntungan ini tak mampu menutupi kerugian Garuda di tahun 2014.

Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai NasDem Nyat Kadir menyebutkan ia kerap mempertanyakan neraca keuangan Garuda Indonesia kepada Menteri BUMN karena terus merugi. Namun tak dapat dipungkiri pula, kerugian Garuda Indonesia lebih banyak disebabkan terdepresiasinya rupiah hingga berpengaruh pada harga jual avtur. Dalam dunia penerbangan, bahan bakar avtur menelan biaya operasional yang sangat tinggi yakni sebesar 40 persen.

“ Dalam memaknai ruginya Garuda Indonesia memang harus dilihat secara komprehensif. Karena faktor eksternal juga kuat mempengaruhi seperti rupiah yang merosot yang berakibat harga avtur menjadi mahal,” ungkapnya.

Terkait rencana pembelian pesawat baru jenis Airbus A350 oleh Kementerian BUMN, Nyat Kadir memang melihat upaya ini untuk merebut pasar Eropa dan Amerika. Namun ia memberi catatan penting, rencana ambisius ekspansi pasar Garuda Indonesia tersebut perlu dikaji mengenai profitabilitas korporasinya.

Pasalnya hingga sekarang, menurut politisi Fraksi Partai NasDem ini, penerbangan Garuda Indonesia ke Benua Biru dan Negeri Paman Sam masih mencatat kerugian. “ Ya, saya mendengar dari pemaparan RDP (Rapat Dengar Pendapat) beberapa waktu silam dengan Menteri BUMN, bahwa Garuda masih merugi untuk penerbangan ke Eropa dan Amerika. Itu yang menurut saya harus dikaji profitabilitasnya,” ucapnya.

Dengan postur pendapatan yang demikian maka penambahan pesawat untuk Garuda Indonesia merupakan langkah yang berbahaya. Hal ini tetap berisiko meskipun maskapai tersebut mendapatkan skema pembiayaan dari pinjaman Bank of China Aviation (BOC) sebesar USD 4,5 miliar.

Untuk itu, Nyat Kadir menilai bahwa kebijakan penambahan pesawat ini harus segaris dengan program kementerian lainnya seperti Kementerian Pariwisata dan Kementerian Luar Negeri. Kerjasama lintas kementerian dibutuhkan agar menghasilkan sebuah sinergi kebijakan yang saling menguntungkan karena akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap jumlah kunjungan ke Indonesia.

“ Dalam hal ini, Kementerian BUMN harus bersinergi dengan kementerian lain seperti Kementerian Pariwisata dan Kementerian Luar Negeri. Saya kira Garuda terus merugi karena jumlah wisawatan dari Eropa dan Amerika ke Indonesia kurang. Kita harus menyedot wisatawan. Untuk itu program dari Kementerian Pariwisata dan Kementerian Luar Negeri melalui program bebas visanya harus sejalan dengan peta bisnis Garuda,” jelas mantan Walikota Batam ini. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline