logo seputarnusantara.com

Sahat Silaban : Setya Novanto Tetap Memimpin, Betapa Runyam Wajah DPR

Sahat Silaban : Setya Novanto Tetap Memimpin, Betapa Runyam Wajah DPR

Sahat Silaban, Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem

30 - Nov - 2015 | 15:42 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Kredibilitas dan kepemimpinan Setya Novanto selaku Ketua DPR RI mulai dipertanyakan sejumlah pihak.

Setidaknya dalam waktu kurang dari setahun, kepemimpinannya mencatat dua preseden buruk bagi DPR.

Pertama, pelanggaran etika yang dilakukan awal September 2015 yang lalu ketika Setya Novanto bersama jajaran DPR hadir dalam kampanye peserta konvensi Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.

Kurang dari tiga bulan sesudahnya, nama Setya kembali terjerat kasus pelanggaran etika, terkait pencatutan Nama Presiden dan Wakil Presiden dalam renegosiasi perpanjangan kontrak PT Freeport. Kasus yang kedua ini, bahkan terungkap dari peristiwa bulan Juni 2015, yang notabene dilakukan Setya sebelum pertemuannya dengan Donald Trump.

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem Sahat Silaban turut mengomentari setahun kepemimpinan Ketua DPR yang dinilainya miskin integritas dan minim prestasi. Dalam wawancara singkat di kediamannya di Lebak Bulus, ia menyayangkan makin terpuruknya marwah DPR sebagai lembaga tinggi negara setingkat Presiden, dalam setahun kepemimpinan Setya Novanto.

Ia tak bisa membayangkan betapa runyamnya wajah DPR kalau Setya Novanto tetap menjabat Ketua DPR, dan terus memperagakan pengangkangan etika, amanah publik dan mandat konstitusi.

” Pimpinan itu yang dinilai kredibilitasnya, karena jabatan melekat pada pribadi dan kesehariannya. Dalam setahun saja sudah dua kasus pelanggaran etika. Kalau pimpinan DPR sudah cacat etik, dampaknya pada 559 anggota dewan yang lainnya dan juga 250 juta rakyat Indonesia,” tegasnya.

Sahat menyatakan, selama setahun menjabat Ketua DPR, Setya Novanto telah gagal memeragakan kepemimpinan yang memberi teladan kepada anak buahnya, berikut rakyat Indonesia yang direpresentasikannya.

Sebaliknya, ketua DPR sejauh ini lebih banyak mempertunjukkan gelagat yang kental nuansa kepentingan kelompok. Padahal menurut Sahat, jabatan Ketua DPR adalah milik publik, bukan milik segelintir elit dan kelompok semata.

” Ketua DPR itu bukan lagi milik kelompoknya lagi, bukan juga milik 10 Fraksi di DPR, tapi milik rakyat Indonesia. Bukti dari terkotak-kotaknya kelompok di DPR itu bahkan terlihat saat kunjungan ke Amerika. Selaku pimpinan DPR, dia cuma ngajak orang-orangnya (kelompoknya, red.). Coba cek saja, itu orang-orangnya sudah jelas kok,” kritik legislator Fraksi Partai NasDem ini.

Tak heran, ketika terakhir Setya Novanto terseret dugaan pelanggaran etika dalam kasus “papa minta saham,” para pendukung ketua DPR itu langsung riuh melontarkan pembelaan. Contohnya, Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang mati-matian pasang badan membela rekannya itu.

Keduanya seolah lupa akan jabatannya selaku wakil ketua DPR, dan lebih sibuk bersekongkol membela Setya Novanto, sembari menutup mata terhadap kasus Ketua DPR itu.

“ Masih saja (Fadli Zon dan Fahri Hamzah, red.) dukung tindakan tak patut itu. Sepertinya memang pimpinan DPR tidak punya hati nurani dalam menilai kebenaran,” pungkas politisi dari Sumatera Utara ini. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline