logo seputarnusantara.com

Sulaeman Hamzah : Pemerintah Harus Kembangkan Sentra-Sentra Ternak Sapi

Sulaeman Hamzah : Pemerintah Harus Kembangkan Sentra-Sentra Ternak Sapi

H. Sulaeman Hamzah, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai NasDem

10 - Feb - 2016 | 16:12 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Kapal ternak KM Camara Nusantara I telah mulai memasok sapi ke DKI Jakarta pada Desember 2015 lalu.

Sebanyak 353 ekor sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dibawa ke Jakarta pada akhir tahun lalu. Hari Selasa 9 Februari 2016, sebanyak 299 ekor sapi dari NTT dan Nusa Tenggara Barat (NTB) masuk ke Tanjung Priok.

Namun, harga daging sapi di Jakarta masih berkisar di atas Rp 100.000,-/ kg, bahkan Rp 120.000,-/ kg.

Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin, harga daging sapi di Jakarta bisa turun sampai kisaran Rp 80.000/ kg dengan adanya kapal ternak tersebut.

Menurut H. Sulaeman Hamzah, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, bahwa kebijakan pemerintah ini belum terpadu. Ada kegiatan yang namanya operasi pasar, yang ditugaskan oleh pemerintah kepada Perum Bulog. Bulog mengimpor daging sapi kemudian melakukan operasi pasar di beberapa pasar besar di Jakarta dan kota- kota besar lainnya.

” Tetapi, operasi pasar Bulog tersebut memang belum merata. Kemudian, belum ada langkah- langkah yang pasti dari pemerintah, sehingga terjadi kejanggalan seperti pemasokan sapi hidup dari NTT dan NTB, sapinya banyak di NTT dan NTB tetapi pulangnya kapalnya kosong,” ungkap Sulaeman Hamzah kepada seputarnusantara.com di Gedung Nusantara 1 DPR- Senayan, pada Selasa 9 Februari 2016.

Menurut Sulaeman, hal tersebut disebabkan karena pemerintah menentukan sepihak harga beli di NTT dan NTB, tetapi standar harganya belum dibicarakan dan belum disepakati dengan peternak disana. Setidak- tidaknya pemerintah seharusnya melibatkan peternak sapi di NTT dan NTB soal harga, sehingga kapal tidak berlayar kosong tanpa muatan sapi.

” Lintas Kementerian juga harus koordinasi untuk masalah impor daging sapi dalam rangka operasi pasar. Operasi pasar jangan hanya dilakukan di beberapa titik saja, tetapi juga dilakukan di kota- kota besar yang kebutuhan daging sapinya tergolong cukup tinggi,” terang Politisi Partai NasDem Dapil Papua ini.

Itu, lanjutnya, merupakan langkah- langkah insidentil yang perlu dilakukan oleh pemerintah. Tetapi untuk langkah jangka panjang, pemerintah harus berani mengeluarkan aturan dengan pengoperasian kapal ternak tersebut, setidak- tidaknya untuk mengangkut sapi bibit ke daerah- daerah yang potensial untuk peternakan sapi.

” Seperti yang pernah saya utarakan, dinas terkait di daerah perlu dilibatkan untuk mengawasi dan mengembangkan ternak sapi di daerahnya masing- masing. Saya yakin, banyak daerah di Indonesia yang potensial untuk ternak sapi, tetapi belum dimanfaatkan. Sehingga populasi sapi ini jangan hanya di NTT dan NTB saja, tetapi bisa merata di seluruh Indonesia,” tegas Anggota Komisi IV DPR RI ini.

Daerah- daerah lain yang potensial, tetapi belum dimaksimalkan oleh pemerintah, harus segera dikembangkan untuk sentra ternak sapi. Langkah ini harus segera diambil dalam rangka untuk populasi sapi di seluruh Indonesia, sehingga bisa memenuhi kebutuhan daging sapi secara nasional.

” Banyak daerah yang belum dimaksimalkan untuk sentra ternak sapi, seperti di Papua. Ada beberapa daerah di Papua yang potensial untuk ternak sapi, kita sebut Merauke. Merauke ini sangat potensial untuk ternak sapi, wilayahnya hampir sama dengan NTB potensinya. Limbah- limbah tanaman di Merauke bisa digunakan untuk pakan sapi. Juga di wilayah utara Papua juga sangat potensial untuk ternak sapi, ini yang mestinya diidentifikasi supaya penyebaran ternak bisa merata di Indonesia,” terangnya.

Kemudian, lanjutnya, di Sulawesi juga banyak tempat potensial untuk ternak sapi, seperti Sulawesi Tenggara, daerah ini patut diperhitungkan. Juga di Maluku sangat potensial dan hampir seluruh wilayah di Jawa dan Sumatera sangat potensial untuk ternak sapi, yang penting ada wilayah pertanian yang bisa dimanfaatkan untuk makanan dan tempat sapi.

” Sapi lokal jenis sapi Bali ini sangat cocok untuk pengembangan sapi. Saya berpengalaman mengimpor sapi dari Australia dan itu untuk dikembangbiakkan sangat kesulitan. Mungkin faktor iklim dan perlakuan terhadap sapi yang mempengaruhinya. Kalau di Australia, sapi dilepas begitu saja, tetapi di Indonesia karena lahan terbatas sehingga lokasi penggembalaan sapi sedikit, dan juga iklim tidak sama. Sapi Australia hanya beranak setahun atau 2 tahun, setelah itu tidak lagi,” urai Sulaeman.

Kalau jenis sapi Bali, lanjutnya, di semua daerah di Indonesia cocok. Jenis sapi Bali ini berkembang biaknya cepat dan cocok untuk wilayah di Indonesia. Juga cocok bagi konsumen, karena konsumen seperti tukang bakso cocok menggunakan daging sapi jenis Bali. Kalau daging sapi impor, bakso tidak cocok. Pasar terbesar daging sapi kan sebenarnya pedagang bakso,” pungkas Sulaeman Hamzah di penghujung wawancara. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline