logo seputarnusantara.com

Paulus Y. Sumino : Mental TNI dan Polri Yang Pegang Senjata Harus Diperbaiki

Paulus Y. Sumino : Mental TNI dan Polri Yang Pegang Senjata Harus Diperbaiki

Drs. Paulus Yohanes Sumino, MM., Anggota DPD RI dari Provinsi Papua

20 - Mar - 2013 | 19:21 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Konflik antara anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri kembali terjadi. Kamis pagi, 7 Maret 2013, puluhan anggota Batalyon Armed 15/ 105 TNI Tarik Martapura membakar Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.

Sekitar 95 anggota Batalyon Armed 15/ 105 TNI mendatangi Mapolres OKU pada pukul 07.30 WIB. Mereka menggunakan truk dan motor. Sebagian dari tentara itu membawa sangkur dan senjata laras panjang. Mereka datang untuk menanyakan perkembangan kasus penembakan anggota Batalyon 15/ 105, Pratu Heru Oktavinus oleh anggota Polisi Lalu Lintas Polres OKU Brigadir Wijaya.

Entah apa yang terjadi, pada pukul 09.30 WIB, para tentara itu naik pitam. Mereka merusak dan membakar Mapolres OKU. Mungkin mereka tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Maka terjadi keributan yang berujung dengan pembakaran.

Menurut Drs. Paulus Yohanes Sumino, MM., Anggota DPD RI dari Provinsi Papua, bahwasanya bentrok antara TNI dan Polri adalah sebuah manifestasi adanya suatu persoalan. Kalau kita tidak mau kembali terjadi bentrok antara TNI dan Polri, maka kita harus menyisir, mempelajari dan merefleksi mengapa ada persoalan. Mengapa ada kejadian- kejadian seperti itu?

” Kalau melihat peristiwa di OKU- Sumsel, tidak ada bentrok secara institusi antara TNI dan Polri, hubungan keduanya baik. Tapi ditingkat bawah atau prajurit, disitu ada persoalan. Karena oknum TNI maki- maki Polisi, kemudian Polisi serta merta menembak pada sasaran yang mematikan. Sebenarnya kalau dilihat dari prosedur, itu juga sudah salah. Mengapa itu terjadi? Karena ada faktor penyebabnya, pertama, masalah mental yang pegang senjata, mereka tidak siap memegang senjata yang sesuai dengan prosedur. Emosi pribadinya lebih dominan,” ungkap Paulus Sumino kepada seputarnusantara.com di Gedung DPD RI- Senayan.

Solusinya kedepan, menurut Senator dari Papua ini, adalah masalah pendidikan mental. Pendidikan di TNI dan Polri harus diperbaiki, sehingga mereka yang pegang senjata dapat menggunakannya sesuai dengan prosedur yang benar. Kemudian kedua, kejadian itu dipicu oleh sms- sms yang membuat panas telinga, sms provokasi tersebut akhirnya termakan oleh oknum TNI tersebut. Padahal di zaman sekarang ini ada kelompok yang menginginkan Polisi tidak kuat, seperti kelompok Narkoba, Teroris dan Mafia kejahatan lainnya. Disamping itu juga ada kelompok yang menginginkan TNI tidak kuat.

” Perilaku- perilaku individu itu mencerminkan institusi. Hubungan baik antar komandan tidak terimplementasikan ditingkat bawahannya. Terkadang rasa solidaritas anggota melebihi batas, sehingga terjadi insiden. Kasus tersebut menjadi perhatian nasional bahkan dunia. Jika rasa solidaritas kelompok terlalu besar daripada kecintaan kepada bangsa dan negara, itu akan membuat kerusakan,” tegasnya.

Solusi lainnya, rasa nasionalisme dan kecintaan kepada bangsa dan negara harus dikedepankan daripada rasa emosional sesaat. Yang menarik juga, bahwa ada rasa kecemburuan antara TNI dan Polri. TNI mungkin merasa kesejahteraannya tidak sebaik anggota Polri. Memang dari segi gaji hampir sama, tetapi dari segi penghasilan lebih besar Polri dengan tugas dan kewenangannya yang lebih besar. Maka tingkat kesejahteraan para anggota TNI juga perlu diperhatikan dan ditingkatkan.

” Di lain sisi, ini analisis Komite 1 DPD tetapi belum diambil keputusan, bahwa struktur TNI itu sampai ke Kecamatan yakni Koramil, struktur Polri juga sama sampai ke Kecamatan yakni Polsek, tetapi dari segi kesibukan, kesibukan 2 kantor berbeda. Kalau Polri setiap hari ada tugas- tugas nyata masalah Kamtibmas, sedangkan TNI kehilangan kesibukan, sehingga ada energi yang terbuang. Maka energi TNI perlu diarahkan ke arah yang positif untuk bisa menopang tingkat kesejahteraan,” imbuhnya.

Paulus Sumino menjelaskan, bahwa kita harus secara realistis memperhatikan masalah kegiatan dan kesejahteraan TNI. Supaya ada lembaga tetapi fungsinya jelas, karena jika tidak ada kesibukan harian, maka akan ada energi terbuang yang itu menjadi negatif atau tidak baik.

” Kita DPD tidak dibebani dengan kepentingan Politik. Maka nanti pimpinan DPD akan koordinasi dengan Komisi I dan Komisi III DPR, juga dengan Kementerian terkait, akan kita analisis dengan cermat demi kemajuan bangsa kedepan, kita akan menunjuk sample yang substantif,” pungkas Paulus Sumino di penghujung wawancara. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline