logo seputarnusantara.com

Wanita Pertama Kepala Bandara di Indonesia Ini Raih Penghargaan

Wanita Pertama Kepala Bandara di Indonesia Ini Raih Penghargaan

Sri Murani Ariningsih, S. Pd., (tengah)

2 - Apr - 2013 | 13:18 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Barangkali, belum banyak masyarakat yang familiar, jika Kepala Bandar Udara (Bandara), kini sudah dijabat oleh seorang wanita. Pasalnya, jabatan yang diketahui cukup berat ini, biasanya didominasi kaum pria, yang tentu berpengalaman, di bidang penerbangan manajemen bandara.

Namun itulah, sosok Sri Murani Ariningsih, S. Pd, Kepala Bandara Kalimarau, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini, cukup menghenyakkan para tokoh berbagai daerah yang sedang menerima penghargaan, Sabtu (23/03/2013) malam lalu, di Mezzanine Ball Room, Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat.

Ariningsih merupakan salah satu penerima penghargaan ‘Anugerah Utama Kartini Indonesia 2013,’ dari Lembaga Apresiasi Prestasi Insani, Jakarta, yang digelar dalam suatu perhelatan eksklusif Award Night 2013. Malam itu, tepuk tangan hadirin begitu surprise mengiringi langkahnya naik ke panggung kehormatan, karena yang disebutkan adalah seorang wanita.

Nampaknya, ‘track record’-nya sebagai Kepala Bandara pula yang dijadikan salah satu penilaian dari Tim Monitoring dan Penjaringan SDM (Sumder Daya Manusia) Indonesia, dari Lembaga Apresiasi Prestasi Insani, Jakarta ini. Adapun penghargaan berupa piala, sertifikat pigura dan medali berlambang Anugerah Prestasi Insani, yang diserahkan oleh Ketua Dewan Penasehat, Prof. DR. H.B. Katili, MM, dan Chairman, Danny PH Siagian, SE, MBA, MM, didampingi Ketua Pelaksana, Moody J. Prang.

Dan di sesi akhir, Ariningsih-pun turut menyumbangkan sejumlah nilai donasi untuk pendidikan anak-anak, yang dilakukan panitia, melalui lelang pigura besar yang mencantumkan nama-nama penerima penghargaan. “Saya memang sejak awal sudah niat untuk menyumbang panitia untuk disalurkan melalui beasiswa pendidikan anak-anak,” ungkapnya sambil senyum.

Awal Merintis Perkembangan Bandara

Diceritakan alumni Diploma II, AIS PLP (Pendidikan dan Latihan Penerbangan)– Curug, Tangerang ini, saat ia masih berkantor di Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI, di Jakarta, tahun 2008, ada promosi Kepala Seksi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan di Bandara Kalimarau, Berau, Kaltim. Melalui seleksi, akhirnya diapun ditunjuk.

Jadilah lulusan S1 Teknologi Penerbangan IKIP Bandung ini, memulai tugas di bandara yang pada waktu itu masih bandara kelas IV. Iapun melihat, keamanan dan keselamatan penerbangan, di bandara tersebut masih benar-benar mengkhawatirkan.

“Saya ingat waktu itu tahun 2008, situasi keamanan dan keselamatan penerbangan masih sangat rawan. Masyarakat sekeliling bandara masih terbiasa keluar-masuk bandara, bahkan jogging di landasan. Karena mungkin waktu itu belum ada pagar keliling. Lebih gawat lagi, masyarakat masih menggembalakan hewan ternaknya di area bandara,” ungkapnya dalam bincang-bincang, usai menerima penghargaan, Sabtu (23/03/2013) malam, di Resto & Cafe, Hotel Arya Duta, Jakarta.

Tentu, dapat dibayangkan, jika pesawat yang akan take-off dan landing, akan merasa terganggu dan selalu was-was, untuk menghindari kecelakaan. Namun, seiring rencana peningkatan kapasitas dan kualitas bandara Kalimarau, dikaitkan dengan program Pemerintah Kabupaten Berau dan Pemprov. Kaltim, yang ingin menjadikan bandara tersebut kelas II, maka faktor keamanan dan keselamatan penerbangan menjadi mutlak.

Bergegaslah mantan Koordinator Kelompok Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, Adbandara Soeta Jakarta ini (2007–2008) ini bersama timnya, melakukan pendekatan-pendekatan dan sosialisasi soal keamanan dan keselamatan penerbangan, hingga membuat SOP (Standard Operational Procedure), yang menjadi bagian penjelasan terhadap masyarakat.

Singkat cerita, kendati di awal-awalnya agak sulit menghadapi masyarakat, namun akhirnya masyarakat mengerti. “Syukurlah, masyarakat akhirnya dapat mengerti dan memahami, sehingga tuntutan perkembangan keamanan dan keselamatan penerbangan di bandara tersebut, dapat tercipta,” paparnya.

Dua tahun berselang, dirinyapun kembali dipromosikan menjabat Kepala Bandara, menggantikan pejabat sebelumnya. Diapun dipanggil ke pusat di Jakarta, dan akhirnya diputuskan menjadi Kepala Bandara tahun 2010. Perkembangan demi perkembangan terus dilakukan bersama Pemkab Berau, hingga pada pada tahun 2012, diresmikan penambahan landas pacu sepanjang 400 meter dengan lebar 45 meter.

“Pemkab Berau berkomitmen meningkatkan landasan pacu Kalimarau menjadi 2.650 meter, kalau perlu sampai 3.000 meter. Sebagian besar lahannya sudah kita bebaskan, tinggal sebagian kecil yang belum,” ujar Bupati Berau, Drs. Makmur HAPK, MM, saat peresmian landasan pacu, Juni 2012 lalu, sebagaimana dikutip dari media lokal.

Diakui wanita dengan segudang pengalaman pendidikan informal di Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, hingga Frankfurt-Jerman ini, ketika merintis hal tersebut, bukan tak ada tantangan. Bahkan hingga di posisinya sekarangpun ada saja tantangan.

“Dalam hal tantangan dan hambatan pekerjaan, saya selalu berfikir positif saja. Karena prinsip saya dalam bekerja, selalu tulus dan harus bertanggungjawab,” pungkasnya.

Kaget Atas Penghargaan

Sungguh, Ariningsih tak pernah menduga, bahwa diam-diam, ada lembaga nirlaba independen (non pemerintah) yang memantau kinerjanya selama ini.

“Jujur, sebenarnya saya tak pernah menduga, bahwa saya akan mendapatkan penghargaan, atas apa yang saya kerjakan selama ini. Karena saya mengerjakannya dengan tulus, tanpa pernah berpikir apakah nantinya ada penghargaan atau tidak. Apalagi lembaga ini ternyata lembaga independen, non pemerintah, yang memantau kinerja SDM,” ungkapnya.

“Sebab, semua saya lakukan dengan ikhlas, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab saya sebagai abdi masyarakat,” imbuhnya. Menurutnya, itu pula yang ia tanamkan terhadap para pegawai, di jajaran Bandara Kalimarau, Berau, Kalimantan Timur.

“Jadi terus terang, saya kaget juga. Tadinya saya berpikir, koq bisa saya dapat penghargaan. Saya kan bekerja di tempat yang agak jauh dan terpencil, dan itu dilihat dari mana?,” ungkapnya. Namun, setelah menerima penghargaan, diapun paham. Ternyata, Lembaga Apresiasi Prestasi Insani, Jakarta, melakukan penelusuran ‘track record’ dari berbagai sumber, seperti jaringan media, referensi tokoh setempat, maupun birokrat di Jakarta.

Sementara itu, ditanya soal impian karirnya ke depan, wanita yang punya pengalaman visit maupun tugas hingga ke Kuala Lumpur, Filippina, Singapura, Swiss, Belanda, Spanyol dan Amerika Serikat ini, dengan yakin menyerahkannya pada Tuhan. “Bicara karir ke depan, saya serahkan pada Tuhan saja. Apapun yang terbaik bagi saya menurut Tuhan, saya akan jalani dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab,” ujarnya polos.

Tak salah, jika penerima Piagam Pembinaan Flight Operation Officer PT. Garuda Indonesia, (1998) dan Satya Lancana Karya Satya XX Tahun (2012), yang telah berkiprah sejak tahun 1984 ini, kelak menjadi SDM yang layak diperhitungkan sebagai generasi penerus, dalam rangka kemajuan penerbangan Indonesia, menghadapi tantangan global. ( DANS/ AZIZ).

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline