logo seputarnusantara.com

Produksi Sampah di Kabupaten Purworejo Rata- Rata Mencapai 60- 65 Ton/ Hari, Masyarakat Harus Ikut Peduli dan Andil Terhadap Pengelolaan Sampah

4 - Sep - 2023 | 14:45 | kategori:Headline

Keterangan foto : Slamet, S. IP., Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Perikanan Kabupaten Purworejo- Jawa Tengah (kiri) dan Irawan Rudi, SE., Sub Koordinator Pengelolaan Persampahan (kanan)

Purworejo. Seputar Nusantara. Produksi sampah di Kabupaten Purworejo- Provinsi Jawa Tengah rata- rata mencapai 60- 65 ton/ hari. Sampah sebanyak ini harus betul- betul dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.

Menurut Slamet, S. IP., Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Perikanan Kabupaten Purworejo- Provinsi Jawa Tengah bahwa produksi sampah di wilayah Kabupaten Purworejo mencapai kisaran 60- 65 ton/ hari. Datanya ada dalam sistem timbangan yang dikelola oleh Bidangnya.

” Ke depan, produksi sampah dari rumah tangga, industri maupun perusahaan harus betul- betul dikelola dengan baik. Kami harapkan terjadi pengurangan- pengurangan produksi sampah dari tiga sumber tersebut,” ungkap Slamet kepada seputarnusantara.com di ruang kerjanya, pada Senin 4 September 2023.

Lebih lanjut Slamet menjelaskan, contoh pengurangan jumlah produksi sampah antara lain seperti : pembatasan pemakaian barang- barang yang menimbulkan sampah, kemudian memilah sampah organik dan sampah non organik, serta mengubah sampah menjadi kompos atau pupuk untuk mempersubur tanaman.

” Contoh lainnya adalah pengurangan penggunaan plastik. Hal ini dapat mengurangi jumlah sampah yang tidak bisa diurai oleh tanah. Masyarakat dapat ikut andil dalam hal pengurangan produksi sampah di Purworejo,” imbuhnya.

Lebih jauh Slamet memaparkan bahwa dengan kapasitas produksi sampah rata- rata 60- 65 ton/ hari, sebenarnya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah di Kabupaten Purworejo sudah mengalami over load. Karena secara teknis, TPA di Purworejo hanya mampu menampung sampah sampai tahun 2022 kemarin.

” Jadi TPA kita sebenarnya sudah over load 1 tahun yang lalu. Namun dengan upaya pengurangan jumlah sampah yang ada di wilayah Kabupaten Purworejo, maka diharapkan TPA kita masih bisa menampung produksi sampah,” urai Slamet.

Di TPA, tambahnya, ada upaya pemilahan dan pengomposan, sehingga jumlah sampah di TPA bisa berkurang. Selain itu, kita juga gunakan teknik pembakaran sampah, sehingga ada potensi pengurangan jumlah sampah di TPA sekitar 20% dari total produksi sampah.

” Kita juga punya program OPEN RESIK (Optimalisasi Pengelolaan dan Retribusi Sampah Intensif Kabupaten) Purworejo. Program OPEN RESIK direncanakan akan dimulai tahun 2024 mendatang. Gambarannya, setiap rumah tangga yang memproduksi sampah akan ditentukan titik koordinatnya dan akan diambil sampahnya oleh pihak ke- 3,” paparnya.

Kalau rumah tangga yang memproduksi sampah dapat memilah sampahnya, ungkapnya, maka mereka akan mendapatkan reward dari hasil pilahannya. Namun jika tidak, maka mereka harus membayar sesuai dengan produksi sampah yang dihasilkan.

” Dengan program OPEN RESIK tersebut, diharapkan ada daya tarik masyarakat untuk memilah sampah. Hal ini dapat mengurangi produksi sampah jika masyarakat mau memilah sampahnya. Kita harapkan masyarakat ikut peduli dan berperan aktif dalam pengelolaan sampah di Purworejo,” jelas Slamet.

Disamping itu, menurut Irawan Rudi, SE., Sub Koordinator Pengelolaan Persampahan, bahwa pengurangan produksi sampah bisa dimulai dari rumah tangga. Jadi, ada gerakan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) yang dapat mengurangi jumlah sampah yang ada di wilayah Purworejo.

” Gerakan 3R ini harus kita optimalkan. Jadi barang- barang yang sekiranya bisa menimbulkan sampah, harap dikurangi. Gunakan barang- barang yang bisa didaur ulang supaya produksi sampah di masyarakat bisa diminimalisir,” papar Rudy dengan gamblang.

Berkaitan dengan pengomposan, lanjutnya, bisa dilakukan secara mandiri di rumah. Yang sangat sederhana sekali adalah dengan menggunakan lubang biopori. Lubang biopori ini disamping bisa untuk menampung sampah organik, juga bisa berguna untuk menyerap air ketika musim penghujan.

” Dengan lubang biopori ini, ada resapan air ketika musim penghujan. Sehingga ada cadangan air di sekitar rumah kita, yang akan sangat bermanfaat ketika musim kemarau tiba,” papar Rudy.

” Kami menghimbau kepada masyarakat Purworejo untuk sadar retribusi sampah. Karena selama ini retribusi sampah di Purworejo tidak memenuhi target, baik itu dari sampah rumah tangga, industri maupun perusahaan. Kita perlu optimalkan retribusi sampah, karena retribusi sampah juga mempunyai andil dalam pembangunan di Purworejo,” pungkas Rudy di penghujung wawancara dengan Media Online seputarnusantara.com (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline