logo seputarnusantara.com

Ir. H. Muhammad Najib, M.Sc. : Jadikan Pancasila Sebagai Spirit Untuk Membangun “Character Building”

Ir. H. Muhammad Najib, M.Sc. : Jadikan Pancasila Sebagai Spirit Untuk Membangun “Character Building”

Ir. H. Muhammad Najib, M.Sc.,Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN (Partai Amanat Nasional)

1 - Jun - 2011 | 03:34 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Menyusul kekalahan Jepang di akhir Perang Pasifik yang berdampak pada bangkitnya nasionalisme di negara-negara jajahannya, Jepang pun berusaha menarik simpati. Di Indonesia dibentuklah Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang dalam bahasa Indonesia disebut Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno berpidato di depan BPUPKI menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia Merdeka, yang dinamakannya Pancasila. Sebelumnya ada juga pidato-pidato dan penyampaian gagasan dari tokoh-tokoh nasional kala itu antara lain Muh Yamin, namun pidato Bung Karno yang lebih lengkap isi gagasannya itu yang akhirnya diterima secara aklamasi oleh segenap anggota BPUPKI.

Menurut Ir. H. Muhammad Najib, M.Sc., Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN (Partai Amanat Nasional), bahwa sekarang ini ada kecenderungan pada masyarakat kita terimbas arus globalisasi, dimana masalah pragmatisme, individualisme dan materialisme merasuk ke dalam individu- individu masyarakat kita melalui berbagai media terutama televisi. Setelah reformasi kita memang kurang mengantisipasi masalah itu, sehingga pengaruh tersebut begitu kuat.

” Menurut saya, momentum hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni 2011 seharusnya kita jadikan sebagai spirit untuk membangun character building, hanya negara- negara yang punya karakter kuat yang bisa membendung individualisme, pragmatisme dan materialisme,” ungkap Muhammad Najib kepada seputarnusantara.com di Gedung DPR- Senayan, Selasa 31 Mei 2011.

” Kita jangan berpikir menggunakan pola- pola lama seperti saat Orde Baru dalam mentransfer nilai- nilai Pancasila. Pola- pola indoktrinasi, penataran- penataran, dan seminar sudah tidak zamannya lagi untuk mentransfer nilai- nilai Pancasila. Dengan penataran sekian jam, seolah- olah sudah Pancasilais, padahal itu belum tentu,” imbuhnya.

Menurut Najib, media seperti televisi sangat tepat dan cepat dalam mentransfer nilai- nilai Pancasila kepada masyarakat. Sinetron, film dan pagelaran budaya, bisa digunakan sebagai sarana untuk mentransfer nilai- nilai Pancasila kepada masyarakat. Sebab media seperti televisi ditonton oleh jutaan pemirsa.

Untuk mendukung program transfer nilai- nilai Pancasila kepada masyarakat melalui media televisi, pemerintah harus ikut memperhatikannya dengan meng-alokasikan anggaran untuk mensosialisasikan Pancasila di media televisi.

” Kalau kita ingin membangun bangsa ini sebagai bangsa yang berkarakter, maka nilai- nilai yang terkandung didalam Pancasila harus diamalkan oleh seluruh komponen bangsa Indonesia,” tegas Najib.

Menurut Politisi dari Partai Amanat Nasional ini, sekarang ini masyarakat Indonesia belum optimal dalam mengamalkan nilai- nilai Pancasila. Oleh karena itu kita harus mengkristalkan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya maupun negara. Intinya kita harus melestarikan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

” Media elektronik maupun cetak, harus diberikan koridor yang jelas untuk mentransfer nilai- nilai Pancasila. Bagaimana media mengemas dan selalu kreatif serta inovatif dalam mentransfer nilai- nilai Pancasila kepada masyarakat. Pemerintah perlu memberikan insentif kepada media yang berhasil membuat program siaran yang bagus tentang penanaman nilai- nilai Pancasila kepada masyarakat,” pungkasnya.  ( Aziz )

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline