logo seputarnusantara.com

Theresia Pardede dan Venna Melinda Kunjungi Sekolah Anak Jalanan

Theresia Pardede dan Venna Melinda Kunjungi Sekolah Anak Jalanan

Dari kiri ke kanan : Venna Melinda, Ingrid Kansil dan Tere

31 - Jul - 2011 | 04:42 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. “Senyum, Indonesia!”
“…pendidikan adalah daya upaya untuk menumbuhkan budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup anak-anak kita…” (Ki Hajar Dewantara).
Pada hari Jumat, 29 Juli 2011, Kartini Fraksi Partai Demokrat, Venna Melinda, SE dan Theresia E.E. Pardede, S.Sos yang biasa dipanggil Venna dan Tere, mengunjungi Sekolah Anak Jalanan (SAJA) di Jalan Petak Asem No. 2 Rt 007 Rw Penjaringan, Jakarta Utara, ditemani oleh seorang penyanyi cilik bernama Dara. Selain ingin berbagi senyum keceriaan dan rasa syukur dalam rangka hari ulang tahun Venna, kehadiran mereka disini juga bertujuan untuk melihat lebih dekat seperti apa akses pendidikan yang anak-anak jalanan terima selama ini.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 C dan 31, setiap orang berhak mengembangkan diri dengan pendidikan sebagai akses, tak terkecuali anak-anak jalanan sekalipun. Pendidikan dengan berbagai bentuknya,
baik berupa pendidikan formal, non formal maupun informal, adalah hak mereka.

Mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menjadi manusia berkarakter, menggapai cita dan menyongsong masa depannya dengan senyum bahagia, meski anak-anak jalanan ini kerap mengecap kerasnya hidup. Bermacam cara telah dilakukan oleh mereka yang peduli. Kehadiran Sekolah Anak Jalanan (SAJA), yang diprakarsai oleh Reinhard Hutabarat dan beberapa guru lainnya dari Universitas Negeri Jakarta, merupakan setetes embun penyejuk bagi dahaga ilmu pengetahuan anak-anak Indonesia yang tidak beruntung ini.

Didirikan sejak tahun 2001, lembaga pendidikan non formal ini memiliki visi membentuk anak didik menjadi anak yang mandiri. SAJA menampung dua kelas pendidikan, yakni untuk kelas usia TK dan usia SD. Untuk kelas usia TK, saat ini ada 35 anak dengan program pembelajaran mengikuti kurikulum nasional. Sementara kelas SD diisi 71 anak dengan materi pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Keterampilan (Menari, Mengarang Cerita,
dan Bermain Musik).

Gordon Shaw (1996), profesor peneliti musik dari Californa University menilai bahwa kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik. Musik sebagai medium pembelajaran telah terbukti mampu memberi dampak positif terhadap manusia, terutama menjadi stimulan keseimbangan aspek kognitif dan kecerdasan emosional.

Tere, seniman wakil rakyat yang bertugas di Komisi X DPR-RI -membidangi Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga ini lantas mengingatkan pentingnya sumbangsih musik dalam membentuk karakter, bahkan nasionalisme seorang anak.

” Sedih memang. Negeri ini kian defisit lagu anak berkualitas. Rendahnya kesadaran sosial para pelaku industri musik dalam memastikan supply lagu anak juga turut menyebabkan lagu anak yang bermakna semakin minim ditemukan. Harusnya industri jangan cuma cekoki masyarakat dengan lagu-lagu untuk kebutuhan komersil semata. Anak-anak juga harus tetap diberi pilihan lagu anak yang tepat,” ujar Tere, Politisi Partai Demokrat ini.

Kegelisahan itulah yang mendorong Tere tetap aktif mencipta lagu, terutama lagu anak. Bersama penyanyi cilik Dara, yang sebelumnya juga menyanyikan lagu Tere, “Tiga Kata Ajaib”, anak-anak jalanan di SAJA dihibur dengan single terbaru Dara berjudul “Senyum, Indonesia!”. Lagu sederhana yang menceritakan nilai keramahtamahan bangsa Indonesia, dibalut alunan
nada-nada angklung, sebagai upaya preservasi nilai budaya bangsa untuk generasi muda.

” Angklung sudah diakui oleh UNESCO sebagai Representative List of Intangible World Heritage of Indonesia pada Oktober 2010 lalu. Tugas kita sekarang melestarikannya,” imbuh Tere.

Dalam kesempatan yang bertepatan dengan jadwal masa reses IV tahun sidang 2010-2011 DPR RI ini, Venna yang kini bertugas di Komisi I dan juga membidangi Media dan Komunikasi menambahkan, pendidikan harus dilaksanakan dengan semangat anti-bullying, tanpa ada kekerasan. Ini harus jadi perhatian penuh tidak hanya bagi seluruh pendidik, tapi juga media
massa terutama televisi.

” Televisi itu kan punya fungsi tidak hanya sebagai media hiburan, tapi juga informasi dan edukasi. Sudah selayaknyalah para pelaku media memperhatikan konten tayang edukatif bagi anak,” kata Venna.

Dilanjutkannya, hal ini penting mengingat karakteristik jangkauan media
televisi, yang mampu mencapai daerah paling pelosok sekalipun. Tayangan televisi harusnya menjadi alat belajar terutama bagi kelompok masyarakat yang tak tersentuh oleh pendidikan formal.

Venna dan Tere juga berharap, kunjungan ini mampu memberi perspektif positif bagi masyarakat. Bahwa masih ada kepedulian dari para wakil rakyat kalangan pelaku seni bagi mereka yang marjinal. Bagaimanapun, pendidikan itu kunci untuk mengubah nasib suatu bangsa. Diperlukan kesadaran dan kepedulian semua pihak, dimana pemerintah, masyarakat dan sektor swasta bersinergi bergandeng tangan, untuk memastikan pendidikan anak-anak
Indonesia, agar mereka memiliki karakter yang tangguh dan bersiap menyongsong masa depan yang lebih baik untuk kemajuan negeri ini. Senyum, Indonesia! ( Aziz )

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline