logo seputarnusantara.com

Aria Bima : Jokowi Lugas dan Ingin Pilpres Bermartabat Tanpa Intimidasi

Aria Bima : Jokowi Lugas dan Ingin Pilpres Bermartabat Tanpa Intimidasi

Aria Bima, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan

4 - Jun - 2014 | 21:50 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Pidato Capres saat Deklarasi Pemilu Damai menjadi “pertarungan” bagi capres Jokowi vs Prabowo, Selasa (3/6/2014) malam. Setelah capres No. 1 Prabowo Subianto memberikan sambutan selama 8 menit. Giliran Jokowi memberikan pidatonya.

Berikut ini pidato Jokowi selama empat menit, pidato Jokowi diawali dengan salam dan doa pembuka. Berbeda dengan Prabowo yang menyebut nama Jokowi dan Jusuf Kalla (JK), Jokowi tak sedikitpun menyebut nama Prabowo, capres nomor urut 1.

“ Yang saya hormati bapak Ketua KPU dan seluruh jajarannya, Ketua Bawaslu dan seluruh jajarannya. Yang saya hormati seluruh pimpinan lembaga tinggi negara, ibu dan bapak hadirin sekalian yang berbahagia.

Kita ingin Pilpres, Pemilu Presiden 9 Juli mendatang akan diiringi dengan sebuah pemilihan yang bermartabat, sebuah pemilihan yang berintegritas tanpa adanya kecurangan, tanpa adanya kampanye hitam, tanpa adanya kekerasan, tanpa adanya intimidasi.

Pilpres harus kita tunjukkan sebagai sebuah kegembiraan politik bukan sebuah ketakutan. Ada dua hal, dua tahapan yang akan kita lalui, yaitu tanggal 4 Juni hingga 5 Juli yang merupakan proses kampanye, dan kita berharap di dalam kampanye itu semua gembira karena demokrasi yang kita jalankan. Yakni demokrasi yang mensejahterakan, bukan mencelakakan.

Kedua, tanggal 9 Juli nanti kita akan melakukan pencoblosan. Ada dua calon, dua Calon Presiden, dua Calon Wakil Presiden. Semuanya kita serahkan kepada rakyat, karena yang berdaulat adalah rakyat, siapa yang dikehendaki oleh rakyat, menghargai apa yang dikehendaki oleh rakyat. Terima kasih.”

Menurut Aria Bima, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, bahwa Capres Jokowi menginginkan Pilpres yang damai dan bermartabat. Jangan sampai Pilpres menjadi ajang pesta Demokrasi yang mencekam penuh dengan intimidasi.

” Satu hal yang saya tahu persis tentang Jokowi, pidato itu kan ekspresi. Jokowi bukan tipe orang yang hanya berbasa- basi. Jokowi tahu persis bahwa di forum tersebut hanyalah basa- basi, seremonial belaka. Padahal secara faktual di lapangan sangat jauh berbeda situasinya. Jokowi adalah tipe orang yang lugas, dia pidato kemarin pada pokok persoalan. Dia tidak pidato berputar- putar dan ekspresi Jokowi saat masuk tidak whise, tidak ada tepuk tangan, karena memang kemasan kampanye damai hanyalah seremonial belaka. Sangat tidak mencerminkan apa yang terjadi saat ini di lapangan,” ungkap Aria Bima kepada seputarnusantara.com di Gedung Nusantara 1 DPR RI- Senayan, pada Rabu 4 Juni 2014.

Aria Bima memaparkan bahwa, KPU seolah- olah lepas, Bawaslu juga lepas tangan, padahal kenyataan di lapangan ada black campaign, teror, ada intimidasi, bahkan KPU- nya juga ada yang tidak netral, itu semua terlihat. Dan orang- orang itu semua ada dalam acara kampanye damai yang diselenggarakan oleh KPU di Hotel Bidakara.

” Jadi itu semua basa- basi, Jokowi tidak bisa seperti itu. Jokowi tidak bisa menempatkan diri pada situasi dan posisi damai semu seperti itu. Maka ekspresi dia jelas menunjukkan hal yang tidak hormat, karena hanya terbuai dengan seremonial yang tidak realistis. Padahal black campaign tersebut bisa diatasi oleh KPU, Bawaslu dan Kepolisian,” tegas Aria Bima.

Menurut Aria Bima, kampanye damai kemarin lari dari kenyataan. Acara tersebut tidak mempermasalahkan persoalan yang ada. Bawaslu hanya tausiyah saja, bicara yang baik- baik saja. Padahal black campaign yang situsnya jelas, yang bisa dituntut dengan UU ITE (informasi dan transaksi elektronik), tetapi tidak dilakukan.

” Sampai hari ini tabloid yang melakukan black campaign terhadap Jokowi masih disebar di masjid- masjid dan pesantren. Padahal Jokowi merupakan tipe pemimpin yang bukan pengrajin kata- kata, seperti yang kita temukan banyak pemimpin di negeri ini yang hanya suka seremonial. Kelugasan Jokowi memang belum disambut dengan baik dengan apa yang disebut dengan keluwesan, padahal untuk saat ini kita masih butuh yang namanya original,” tegas Aria Bima.

Lebih jauh Aria Bima menegaskan, bahwa Jokowi saat itu sikapnya berani, menantang dan tidak takut dengan berbagai teror dan intimidasi. Kampanye damai kemarin hanyalah acara omong kosong, yang substansinya tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, karena penuh dengan intimidasi dan ketidaknetralan. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline