logo seputarnusantara.com

DPR Panggil Menteri Pertanian, Bahas Dampak COVID-19 Pada Petani

7 - Jul - 2020 | 11:30 | kategori:Headline

Keterangan foto : Sudin, Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan

Jakarta. Seputar Nusantara. Komisi IV DPR RI siang ini, Selasa 7 Juli 2020 menggelar rapat kerja (raker) dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo untuk membahas pemulihan ekonomi pada petani yang terdampak virus Corona (COVID-19).

Selain membahas hal tersebut, Syahrul juga akan memaparkan perkembangan program strategis Kementan untuk meningkatkan produksi pertanian.

Rapat siang ini dibuka oleh Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dari Fraksi PDI Perjuangan. Rapat diagendakan pukul 10.00 WIB, namun baru mulai pukul 10.30 WIB. Dalam rapat siang ini, Syahrul hadir beserta jajaran eselon I Kementan.

Saat membuka rapat, Sudin meminta kepada Syahrul untuk mendorong bantuan benih kepada petani demi meningkatkan produktivitas nasional.

Terkait ketahanan pangan diperlukan peningkatan produksi yang maksimal. Oleh karena itu, sebelum berpikir mengenai ekspor fokus terlebih dahulu kepada upaya peningkatan produktivitas sembako. Dengan demikian optimalisasi produksi pangan menjadi sangatlah penting. Karena hanya dengan meningkatkan produksi nasional, maka ketahanan pangan kita menjadi kuat.

“Dukungan Kementerian untuk mendapatkan bibit benih unggul sangatlah diharapkan. Komisi IV DPR berharap fungsi strategis Badan Litbang Pertanian benar-benar terlaksana dengan baik. Kita mendengar banyak sekali hasil temuan benih Balitbangtan, namun produksi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh petani,” kata Sudin di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (7/7/2020).

Menurut Sudin, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), seharusnya Kementan bisa melakukan inovasi bibit-bibit pertanian yang bisa mendongkrak produktivitas.

“Hendaknya penelitian yang dilakukan Balitbangtan berorientasi pada kebutuhan petani dan pengguna lainnya, bukan pada agenda kredit,” tutur Sudin.

Sayangnya, menurut Sudin, inovasi itu tak terlihat. Misalnya saja bibit Inbrida Padi Sawah Irigasi (Inpari) yang sejak zaman Orde Baru hingga saat ini tak ada inovasinya.

“Karena kita lihat Dirjen Tanaman Pangan masih membeli bibit benih dari pengusaha. Kenapa tidak diperbanyak oleh Litbang?” ujarnya.

“Setahu saya Inpari itu dari zaman Orde Baru sudah ada. Kenapa sekarang zaman reformasi tidak ada pembaharuan sama sekali. Tidak ada inovasi lagi. Ini yang menjadi catatan paling penting,” sambung dia. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline