logo seputarnusantara.com

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Purworejo : Mitigasi dan Edukasi Kepada Masyarakat Untuk Kelestarian Lingkungan

17 - Nov - 2021 | 14:24 | kategori:Headline

Keterangan foto : AL Bambang Setyawan, S. Sos., M.Si., Kepala Dinas Lingkungan Hidup Purworejo- Jawa Tengah

Purworejo. Seputar Nusantara. Memasuki musim penghujan, masyarakat perlu waspada dan antisipasi akan terjadinya bencana, seperti banjir, tanah longsor, atau pohon tumbang akibat angin kencang.

Pemerintah Daerah juga perlu menyiapkan segala sesuatunya untuk antisipasi dan penanganannya, jika terjadi bencana di musim penghujan.

Menurut AL Bambang Setyawan, S. Sos., M.Si., Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Purworejo- Jawa Tengah, bahwa bencana tidak bisa dihindari karena itu merupakan kehendak Tuhan. Namun sebagai manusia harus berusaha dengan melakukan antisipasi dan mitigasi.

” Sebagai instansi yang mengelola lingkungan hidup, tentunya kami mengantisipasi untuk jauh kedepannya. Misalnya, untuk wilayah yang rawan longsor, pertama, kita memberikan penyuluhan dan sosialisasi melalui program- program dari Dinas Lingkungan Hidup Purworejo, misalnya program Kampung Iklim, kemudian program atau kegiatan Lomba Kampung Cantik,” ungkap Bambang Setyawan kepada seputarnusantara.com di kantornya, Rabu (17/11).

Bambang melanjutkan, program Kampung Iklim dan Lomba Kampung Cantik tersebut sebenarnya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana kita mampu memitigasi perubahan iklim.

” Perubahan iklim yang terjadi secara massif dan global, tentu kita juga bisa bertindak secara lokal. Jadi kita edukasi masyarakat melalui program Kampung Iklim dan Lomba Kampung Cantik. Hal ini untuk memacu masyarakat supaya menjaga saluran air, membuat biopori, kemudian mengelola sampah di lingkungannya supaya tidak menyumbat saluran air, rajin menanam pohon, sehingga bisa mengurangi emisi rumah kaca,” ucapnya.

Disamping itu, jelasnya, Dinas LH juga memberikan bantuan bibit kepada kelompok tani, untuk mengelola konservasi lahannya. Karena hujan itu sesuatu yang pasti, maka kita bisanya dengan mitigasi dan menanam pohon yang bisa mengikat tanah.

” Kita galakkan menanam pohon akar wangi, yang bisa mengikat tanah. Kita juga gencarkan tanaman yang bisa menyimpan air, seperti gayam, kemiri, dan pohon aren. Pada tahun 2021 ini kita dari Dinas LH memberikan bantuan hibah kepada 10 kelompok tani,” tegasnya.

Harapannya kedepan, paling tidak ketika musim penghujan bisa mengurangi bahaya longsor dan ketika musim kemarau bisa menyimpan air. Sehingga masyarakat bisa terlindungi dari longsor dan banjir, namun ketika musim kemarau masyarakat tidak kekurangan air.

” Harapan saya, kepada masyarakat, bahwa untuk ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan itu 30%, sedangkan yang privat di halaman rumah atau kantor itu 10%. Dan untuk ruang publik yang dikelola oleh pemerintah daerah itu 20%, dan kami ditugasi untuk itu, seperti taman- taman kota, alun- alun dan area pemakaman,” ungkap Bambang Setyawan.

Untuk ruang terbuka hijau, paparnya, disamping berfungsi untuk konservasi, juga untuk menciptakan udara yang sehat & nyaman, serta untuk keindahan. Maka pohon yang kita tanam adalah yang mempunyai efek estetika, seperti pohon bungur yang berbunga ketika bulan September atau Oktober.

” Harapan kami selain itu adalah kalau ada pohon di pinggir jalan, masyarakat ikut menjaga dan melestarikan. Namun jika ada pohon yang membahayakan, maka kami akan mengambil tindakan, seperti merabas atau menebangnya jika memang sudah sangat berbahaya,” terangnya.

” Jika ada pohon yang sangat berbahaya, kami akan menebangnya, namun dengan mengganti pohon baru. Jadi tidak asal tebang saja, namun tetap melestarikan lingkungan,” pungkas AL Bambang Setyawan di penghujung wawancara. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline