logo seputarnusantara.com

Hj. Melani Leimena Suharli : Polisi Yang Humanis dan Egaliter Dambaan Rakyat

Hj. Melani Leimena Suharli : Polisi Yang Humanis dan Egaliter Dambaan Rakyat

Hj. Melani Leimena Suharli, Wakil Ketua MPR RI

6 - Jul - 2012 | 03:06 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Pada tanggal 1 Juli 2012 Kepolisian Republik Indonesia berusia 66 tahun. Upacara peringatannya secara nasional kali ini dipusatkan di lapangan Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Upacara parade yang dipimpin Presiden SBY dimulai pada pukul 08.00 WIB, Minggu 1 Juli 2012. Selain itu Presiden SBY juga akan menganugerahkan tanda-tanda kehormatan RI kepada beberapa anggota Polri. Mereka adalah yang dianggap telah amat berjasa dan berprestasi dalam manjalankan tugas-tugasnya sebagai Polisi.

Upacara parade dimeriahkan dengan atraksi terjun payung yang mengibarkan bendera Merah Putih dan banner Brata selama berada di udara. Para penerjun tidak hanya dari Ditpol Udara Polri, namun juga dari satuan Marinir TNI AL, Paskhas TNI AU, Kopassus dan Kostrad TNI AD. Selanjutnya adalah atraksi ketrampilan mengemudikan motor besar oleh satuan Polwan. Tidak ketinggalan tarian kolosal yang mengisahkan kelahiran Polri di masyarakat.

Di Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-66 tahun ini, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bertekad melakukan pelayanan prima, anti KKN, anti kekerasan dan memantapkan Kamdagri (Keamanan Dalam Negeri) serta supremasi hukum guna mendukung pembangunan nasional.

Hal tersebut dinilai sangatlah tepat, relevan dan kontekstual karena merupakan representasi dari tekad dan semangat seluruh anggota Polri yang saat ini terus melakukan reformasi internal melalui program revitalisasi yang sangat strategis untuk mewujudkan organisasi Polri yang semakin reformis dan humanis.

Menurut Hj. Melani Leimena Suharli, Wakil Ketua MPR RI, bahwa tugas Polisi untuk melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat secara umum sudah berjalan dengan baik. Kalau melayani dan mengayomi masyarakat, dinilai olehnya sudah cukup bagus pelaksanaannya. Tetapi kalau tugas melindungi, masih perlu ditingkatkan lagi oleh Polisi. Sebab masyarakat sangat membutuhkan perlindungan Polisi baik secara fisik maupun materinya. Masyarakat membutuhkan rasa aman dan nyaman.

” Secara fisik, masyarakat membutuhkan rasa aman pada dirinya dimanapun mereka berada. Sebab rasa aman ini sangat penting bagi masyarakat. Sedangkan keamanan materi juga sangat penting, masyarakat menginginkan keamanan materi yang melekat pada dirinya maupun materi yang ditinggalkan saat bepergian, dua- duanya sangat urgen,” ungkap Hj. Melani kepada seputarnusantara.com di ruang kerjanya Gedung Nusantara III MPR RI- Senayan, pada hari Kamis 5 Juli 2012.

Hj. Melani lebih lanjut memaparkan bahwa keamanan fisik maupun materi sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan ini adalah tugas Polisi sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Tugas utama Polisi ini harus dilaksanakan oleh semua personil Polri tidak terkecuali. Polisi harus mau dan mampu bekerja secara profesional untuk melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat.

” Apalagi kalau peranan Polwan (Polisi Wanita) lebih ditingkatkan. Sebab Polwan ini lebih luwes dan humanis dalam menjalankan tugas. Seperti ketika ada demonstrasi, kalau Polwan yang bertugas, suasana terasa adem, nyaman dan kondusif dengan kehadiran mereka ditengah- tengah para demonstran,” tegas Politisi dari Partai Demokrat ini.

Menurutnya, tugas Polisi dari segi melayani dan mengayomi masyarakat sudah banyak kemajuan, tetapi dari segi melindungi yang perlu terus ditingkatkan. Sekarang ini dengan adanya HAM (Hak Azasi Manusia), Polisi lebih berhati- hati dalam bertindak, jangan sampai tindakannya melanggar HAM. Antara tuntutan tugas dengan gerak cepat dan masalah HAM inilah yang menjadi perhatian Polri. Sebab, pada satu sisi masyarakat menginginkan agar Polisi bertindak cepat dan tegas, tetapi pada sisi lain ada rambu- rambu HAM yang harus ditaati oleh Polisi. Maka Polisi harus sangat cermat dalam bertindak sehingga tidak melanggar HAM.

Hj. Melani menjelaskan bahwa untuk mewujudkan Polisi yang sipil, egaliter, humanis, maka pendidikan moral dan budi pekerti Polisi harus ditingkatkan. Kalau pendidikan moral dan budi pekerti sudah dilaksanakan oleh Polisi, maka ketika mereka menangani masyarakat akan lebih humanis. Dan egaliter itu sangat diperlukan, agar Polisi tidak merasa lebih tinggi dari masyarakat.

” Saya mengharapkan agar sikap humanis Polisi ini lebih dikedepankan, sehingga dalam bertugas dan menangani masyarakat tidak menggunakan cara- cara kekerasan. Oleh karena itu, Polisi harus mendekati tokoh- tokoh agama dan masyarakat. Sehingga ketika terjadi konflik di suatu daerah, maka tokoh agama dan masyarakat bisa membantu Polisi untuk menenangkan warga dan mendamaikan,” tegas Hj. Melani.

Menurutnya, 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI juga sangat penting dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Polri. Sebab jika mereka mengetahui, memahami dan mengamalkan Pancasila, maka akan ada perubahan besar pada diri Polisi. Mereka akan bertugas sesuai dengan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila, dan itu sangat humanis dan manusiawi.

Kemudian dengan semangat Konstitusi UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika, maka Polisi akan bertugas sesuai aturan hukum yang berlaku dan tidak membeda- bedakan suku, agama maupun ras. Juga, kalau Polisi bertugas dengan semangat NKRI, maka mereka akan selalu berusaha menyatukan bangsa Indonesia yang beragam ini.

Polisi, menurut Politisi Partai Demokrat ini, adalah milik rakyat bukan alat penguasa. Terkadang ketika Polisi bertugas ada benturan antara kepentingan pimpinan, penguasa dan rakyat. Benturan- benturan ini sebenarnya bisa diselesaikan jika ada komunikasi intensif antar mereka. Kalau sering berdialog, maka benturan tersebut dapat dihindari. Maka, dimanapun Polisi bertugas harus berbaur dan bersama masyarakat, sehingga Polisi lebih dekat dengan masyarakat.

” Yang juga perlu dilakukan oleh Polri agar citranya membaik adalah dengan mendidik generasi muda Polisi. Generasi muda Polisi harus selalu dimonitor agar mereka bertugas sesuai aturan hukum. Di Kepolisian kan ada pendidikan berjenjang, jadi setiap level pendidikan harus ditanamkan terus jiwa humanis Polisi yang bertugas sesuai dengan aturan hukum,” tegasnya.

” Kebetulan anak pertama saya juga Polisi. Sebenarnya dari keluarga saya tidak ada darah Polisi, tetapi karena anak saya ikut olah raga Karate, mungkin dia melihat seniornya banyak yang jadi TNI dan Polisi, sehingga dia tertarik mengikuti jejak seniornya. Kemudian pada waktu itu anak saya masuk AKABRI, dan memilih matra Kepolisian,” cerita Hj. Melani kepada seputarnusantara.com

” Saya selalu menanamkan kepada anak saya, jadilah Polisi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dimanapun kamu berada, kamu harus bermanfaat bagi masyarakat sekitarmu dan dekatilah tokoh- tokoh agama dan masyarakat. Sebab jika terjadi sesuatu, tokoh agama dan masyarakat bisa membantu, karena mereka yang lebih didengar. Saya juga tekankan kepada anak saya agar selalu mengedepankan moral dan budi pekerti, serta selalu mendekatkan diri pada Sang Maha Penguasa. Kalau sama orang tua jaraknya kan jauh, maka jangan lupa Shalat dan selalu menjalankan ibadah. Anak saya dilantik oleh Presiden Soeharto dan lulus AKABRI pada tahun 1997, dan sekarang berpangkat Kompol sedang menjalani Pendidikan Sespim Polri,” pungkas Hj. Melani di penghujung wawancara. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline