logo seputarnusantara.com

Aria Bima : Pemerintah Harus Berikan Subsidi Kepada Para Pengrajin Kedelai

Aria Bima : Pemerintah Harus Berikan Subsidi Kepada Para Pengrajin Kedelai

Aria Bima, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI

29 - Agu - 2013 | 13:46 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Puluhan produsen tahu dan tempe di Sentra Produksi Tahu Cibuntu, Kota Bandung, merugi akibat naiknya harga kedelai yang mencapai Rp 9.950 per- kilogram, dari yang biasanya Rp 6.500 sampai Rp 7.500 per- kilogram.

Harga bahan baku pembuatan tahu dan tempe tersebut melonjak diperkirakan karena jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika, padahal sebagian besar kedelai diimpor dari AS. Akibat kenaikan harga kedelai yang sudah berlangsung hampir seminggu ini, kawasan Cibuntu kini sepi dari aktivitas produksi. Sebagian produsen terpaksa menghentikan kegiatan produksi mereka karena terus-menerus mengalami kerugian hingga 60 persen.

Menurut Aria Bima, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, bahwa dengan kenaikan harga kedelai, seharusnya harga kedelai jangan begitu saja dilepas oleh pemerintah ke pasar. Karena kalau terus dilepas ke pasar, maka harganya aka melambung dan tidak dapat dijangkau oleh para pengrajin kedelai.

” Jadi, ini kan persoalan krisis dolar tidak tahu kapan selesainya. Sedangkan persoalan kedelai, merupakan bahan baku dari tahu dan tempe yang itu sebagiannya dibeli dengan dolar. Dan itu menyangkut kebutuhan rakyat banyak khususnya kalangan menengah kebawah kaitannya dengan pemenuhan gizi dan protein nabati,” ungkap Aria Bima kepada seputarnusantara.com di gedung Nusantara 1 DPR- Senayan, pada Rabu 28 Agustus 2013.

Menurut Aria Bima, seharusnya pemerintah memberikan subsidi kepada rakyat agar harga kedelai dapat terjangkau. Yang menurut para pengrajin kedelai, baik itu pengrajin yang mempunyai alat produksi maupun pengrajin yang menyewa alat produksi, itu harga kedelai bisa terjangkau misalnya Rp 7.000,-/ kg.

” Kalau sekarang ini kan harga kedelai mencapai angka Rp 9.000,- sampai Rp 10.000,-/ kg, dipastikan tidak akan bisa menutup biaya produksi. Tapi logika daya beli masyarakat adalah bahwa tahu dan tempe ini mampu dibeli masyarakat, karena masyarakat tidak mampu membeli daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani,” tegas Aria Bima, Politisi PDI Perjuangan ini dengan lantang.

Lebih lanjut Aria Bima memaparkan, bahwa pemerintah harus tahu persoalan tersebut. Sebab kalau masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan akan gizi nabati dari tahu dan tempe, maka dikhawatirkan human invesment kedepan akan menurun, karena banyak rakyat yang akan mengalami gizi buruk.

” Human investment manusia Indonesia kedepan akan diisi oleh orang- orang yang bergizi buruk dan ini sangat berbahaya. Untuk investasi kedepan bagi manusia Indonesia, ini sangat berbahaya karena mempunyai rakyat yang bergizi buruk. Maka pemerintah harus memberikan subsidi kepada rakyat, kasih aja subsidi Rp 2.000,-/ kg untuk 3 bulan kedepan. Kalau 3 bulan berarti Rp 800 Miliar subsidinya,” ungkapnya.

Karena menurutnya, import kedelai Indonesia 1,7 Juta ton/ tahun, dari kemampuan produksi kedelai nasional sebesar 800 ribu ton/ tahun.  Padahal kebutuhan kedelai nasional sebesar 2,5 Juta ton/ tahunnya, maka seharusnya Bulog melakukan import kemudian rakyat dikasih subsidi Rp 2.000,-/ kg. Sehingga kita bisa menolong pengrajin tahu dan tempe.

” Sekarang ini, para pengrajin yang tidak memiliki alat produksi alias sewa, itu sudah tidak berani produksi. Yang berani produksi sekarang ini adalah para pengrajin yang memiliki alat produksi, dengan catatan supaya nggak tutup. Karena kalau menaikkan harga tahu dan tempe, tidak akan laku karena daya beli masyarakat lemah. Kalau pemerintah tidak melakukan intervensi dan membiarkan pasar bergerak, maka dikhawatirkan pengusaha tahu dan tempe akan gulung tikar alias tutup,” pungkas Aria Bima di penghujung wawancara. (Aziz)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline