logo seputarnusantara.com

Universitas Mpu Tantular Deklarasi Sebagai Kampus Bhinneka Tunggal Ika

Universitas Mpu Tantular Deklarasi Sebagai Kampus Bhinneka Tunggal Ika

15 - Jul - 2017 | 19:20 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Setelah UGM memproklamirkan diri sebagai Kampus Pancasila, dan beberapa kampus di Banten deklarasikan sebagai kampus antiradikalisme, Universitas Mpu Tantular (UMT) Jakarta mendeklarasikan diri sebagai “Kampus Bhinneka Tunggal Ika”.

Deklarasi dilangsungkan pada hari Rabu, 12 Juli 2017, di Aula Hiobadja Lt. 8, Universitas Mpu Tantular, di Jl. Cipinang Besar No.2, Cipinang, Jakarta Timur.

Ada sekitar 200-an orang yang menyaksikan deklarasi, yang sebelumnya diawali dengan Seminar Nasional bertajuk “Mengaktualisasikan Kembali Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia”.

Teks Deklarasi dibacakan Rektor Universitas Mpu Tantular, Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME, didampingi para pejabat struktural, para Dosen, Badan Pengurus Harian (BPH), dan para mahasiswa. Dilanjutkan pemukulan gong oleh Budi P. Sinambela, BBA, Ketua Yayasan Budi Murni Jakarta (yang menaungi Universitas Mpu Tantular).

Ketika gong berbunyi ketiga kali, dalam gerakan cepat, beberapa mahasiswa di bagian depan, membentangkan spanduk ‘Kampus Bhinneka Tunggal Ika-Universitas Mpu Tantular’ sepanjang 8 meter, disentak bunyi party poppers (tembakan selebration kertas) keatas. Disambut lagu ‘Kebyar-kebyar’ oleh Danny PH Siagian, SE, MM, yang membuat suasana gempita dan semarak.

Deklarasi ini dimaksudkan untuk meneguhkan kekuatan Bhinneka Tunggal Ika sebagai perekat bangsa, dimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali muncul, dalam kitab Sutasoma, gubahan pujangga besar Mpu Tantular, pada abad XIV pada masa Kerajaan Majapahit.

Dalam kitab Sutasoma itu, Mpu Tantular menuliskan kalimat, yang intinya bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua.

Selain itu, diusianya yang ke 33 tahun, Universitas Mpu Tantular ingin lebih menguatkan tekad dan eksistensinya, sebagai penyandang nama besar Mpu Tantular, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang ditulisnya, yang dikemudian hari ternyata menjadi semboyan bangsa Indonesia.

Deklarasi ini juga tak lepas dari tantangan kondisi kebangsaan belakangan ini, dengan munculnya paham radikalisme, serta isu khilafah, yang ingin menggugat Pancasila sebagai Ideologi Negara. Sebagai bentuk kecintaan Universitas Mpu Tantular tehadap bangsa dan Negara, maka momentum ini, ingin lebih ditegaskan melalui pendeklarasian Kampus Bhinneka Tunggal Ika.

Demikian yang menjadi paparan Keynote Speaker Seminar Nasional, Budi P. Sinambela, BBA, Ketua Yayasan Budi Murni Jakarta (yang menaungi Universitas Mpu Tantular), sebelum membuka acara seminar secara resmi.

“Ke depan, kita ingin Kampus Bhinneka Tunggal Ika-Universitas Mpu Tantular, dapat menjadi Pusat Studi dan Pengkajian Kebhinnekaan dan Pluralisme di Indonesia. Tentunya nanti akan ada mata kuliah kebhinnekaan, yang menjadi ciri khas akademik di institusi ini,” tandasnya.

Memasuki sesi seminar, moderator Bambang Suroso, SH, MH mengundang tampil Dr. Anas Saidi, Deputi I Bidang Pengkajian dan Materi Unit Kerja Presiden- Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) sebagai pengganti narasumber Prof. Dr. Yudi Latif. Sedangkan Yenni Wahid, digantikan oleh Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, Sosiolog dan Budayawan NU dan Dosen Pasca Sarjana IAIN Yogyakarta, yang juga dulu dikenal sebagai jurubicara pribadi Alm. Presiden Gus Dur.

Dalam paparannya, Anas Saidi mengatakan, enam bulan terakhir berkembang politik primordialisme, yang bisa menimbulkan perpecahan.

“Sebab mencoba-coba mengganti ideologi, itu sudah tergolong subversi ideologi. Sebab Indonesia, bukan negara agama,” tandasnya.

Sebab itu menurutnya, siapapun yang ingin menentang ideologi Negara, patut diambil tindakan keras. Seperti salah satunya ormas HTI, yang tidak mengakui Pancasila sebagai dasar negara.

Sementara itu, Zastrouw mengatakan, sejak dulu, Nusantara itu sejak ada, sudah kodratnya beragam.

“Beragam suku, agama, ras, dengan segala latar belakangnya. Oleh sebab itu, siapapun harus menerimanya. Karena sejak lahirnya sudah beragam. Tidak bisa yang satu menindas yang lain, yang satu menyakiti lainnya,” bebernya.

Perihal Universitas Mpu Tantular ingin menjadikan kampus Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pusat Studi Kajian Kebhinnekaan, Zastrow sangat mendukung.

“Saya sangat mendukung, apabila Universitas Mpu Tantular ingin mendeklarasikan kampus ini sebagai Kampus Bhinneka Tunggal Ika, dan membuat Pusat Studi Kebhinnekaan. Namun harus serius mengkaji kitab Sutasoma yang berjilid-jilid itu,” tandasnya.

Pemaparan kedua narasumber dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Para mahasiswa cukup antusias menanyakan berbagai hal yang dijelaskan.

Acara Seminar Nasional diawali upacara Nasional dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan hening cipta dan pembacaan Teks Pancasila oleh Dekan Fakultas Maritim, Alfais Amin, S.Sos, MM.PIA. Selanjutnya, Ketua Panitia, Dr. Rr. Dijan Widijowati, SH, MH menyampaikan laporannya, dilanjutkan sambutan Rektor Universitas Mpu Tantular, Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME.

Para peserta yang hadir terdiri dari: jajaran Yayasan, BPH, Rektorat, Dekanat, Struktural, para mahasiswa Universitas Mpu Tantular, dari unsur sekolah SMA wilayah Jakarta Timur dan Bekasi, ormas luar kampus, tokoh masyarakat, tokoh agama, undangan dari kampus di Jakarta dan Bekasi, dan beberapa undangan dari unsur lainnya.

Setelah acara seminar, dilakukan penyerahan plakat kepada pembicara oleh Bendahara Yayasan, Dewi Christina Sitorus, SE dan Rektor. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin Wakil Rektor III, Suyitno, SE, MM. (Aziz/ Dans)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline