GeraKS ( Gerakan Keadilan Sosial ) : Saatnya Presiden SBY Melakukan Terobosan Mendasar ( Bagian Pertama )
29 - Jan - 2010 | 11:34 | kategori:PolitikJakarta. Seputar Nusantara. Setelah mengklaim keberhasilan “Program 100 Hari” Kabinetnya, Presiden SBY hendaknya segera melakukan terobosan- terobosan mendasar guna mengatasi kebuntuan di bidang politik dan berbagai sektor kehidupan masyarakat luas. Jika Persiden menjalankan pemerintahan secara business as usual, dikhawatirkan bangsa Indonesia akan makin tertinggal dalam hal kemakmuran di kawasan ASEAN dan Asia. Hal tersebut disampaikan oleh Suriswanto, Ketua GeraKS ( Gerakan Keadilan Sosial ), pada Jumat 29 Januari 2010 di Jakarta.
Menurut Suriswanto, Terobosan di Bidang Politik, GeraKS mencatat Indonesia mengalami kebuntuan serius akibat kerancuan sistem kenegaraan yang dianut. Secara resmi saat ini Indonesia menganut sistem Presidensial, namun dalam prakteknya menganut sistem Presidensial kuasai Parlementer. Akibatnya, terjadi persaingan kekuasaan antara Presiden sebagai kepala pemerintahan dan DPR. Di lain pihak, kerancuan sistem kenegaraan tersebut telah mengabaikan posisi Presiden sebagai kepala negara. ” Dalam kerancuan itulah, seorang Presiden yang telah dipilih langsung oleh rakyat dengan 60.8 % suara, sangat repot membentuk koalisi di parlemen dan kabinet. Tetapi kenyataannya, DPR sejak UUD ’45 amandemen ke-4, memiliki kekuasaan eksekutif, sehingga mengganggu hak prerogatif Presiden,” terang Suriswanto, Ketua GeraKS.
Masih menurut Suriswanto, kerancuan lain adalah, de jure kita menganut sistem parlemen bikameral, namun de facto DPD/ Senat dipinggirkan perannya oleh DPR. MPR sendiri yang mestinya hanya bersidang 5 tahun sekali sebagai joint session antara DPR dan DPD, kelembagaannya di buat permanen, sehingga terkesan hanya untuk bagi- bagi kursi. Pelembagaan permanen MPR itu, menurut GeraKS, merupakan pemborosan konstitusional.
Dari kerancuan sistem kenegaraan tersebut, GeraKS – Organisasi nirlaba beranggotakan aktivis dari berbagai profesi, mengusulkan agar Presiden segera menginisiasi perombakan total terhadap UUD ’45. Kendatipun telah 4 kali di amandemen, ternyata UUD ’45 mengandung komplikasi yang menjadikan pembagian tugas antara parlemen dan eksekutif tumpang tindih. Penyiapan rancangan konstitusi baru yang lebih jelas visi, tujuan, dan sistemnya, diyakini akan membawa Indonesia mengadopsi sistem dan bentuk kenegaraan yang sesuai dengan karakter wilayahnya sebagai negara kepulauan.
” Negara sebesar Indonesia membutuhkan sistem politik yang jelas, sehingga tidak ada lagi kekisruhan yang tidak perlu yang berdampak negatif terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat,” jelas Suriswanto, Ketua GeraKS.
Untuk tujuan itu, GeraKS menyarankan agar Presiden SBY melakukan dengar pendapat dengan kelompok- kelompok masyarakat seperti ” Forum Konstitusi Negara Sejahtera Indonesia “, sebuah kelompok intelektual yang telah bertahun- tahun melakukan studi tentang konstitusi Indonesia.
Meskipun konstitusi menjadi wewenang MPR, tetapi menurut GeraKS, seorang Presiden yang sekaligus kepala negara, memiliki hak untuk menyerap aspirasi rakyat mengenai konstitusi, kemudian mengajukan pemikiran tersebut untuk diuji oleh DPR dan DPD. ( Aziz )
BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Politik | Both comments and pings are currently closed.
Tulisan dengan Kategori Politik
- Dugaan Rp 150 Miliar Dikorupsi Saat Dinas Kebudayaan Jakarta Digeledah Kejaksaan
- Profil Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Komjen Pol. Setyo Budiyanto
- Gibran Tinjau Makan Gizi Gratis
- KaBIN Diganti Jelang Pelantikan Presiden
- 2 Orang Pengeroyok Wartawan Ditangkap
- Perayaan Ulang Tahun Kedua, NeutraDC Hadirkan Fasilitas Pengelolaan Sampah untuk Lebih dari 10.000 Warga Desa Jambidan YogyakartaBisnis Data Center NeutraDC tunjukkan komitmen sustainability melalui pemberian mesin dan mendirikan bangunan pengelolaan sampah untuk satu desa, serta membagikan sejumlah tempah sampah pilah.
- Massa Demo Pemilu Long March ke Bawaslu
- Kemendikbud Siap Percepat Calon Perawat-Dokter Magang Tangani COVID-19
- Jokowi Kembali Ingatkan Untuk Hilangkan Ego Lembaga dan Kedaerahan
- Anies Baswedan : Jakarta Punya Alat Penanggulangan Bencana Paling Lengkap
- Wacana Calon Presiden & Wakil Presiden Independen Agar Parpol Mereformasi Diri
- Golkar Minta Jatah Menteri Ditambah
- DPRD DIY Setuju Penetapan Gubernur Jogja
- Anggota Badan Kehormatan DPR Plesiran ke Turki Habiskan Rp 800 Juta
- PNS Nakal Bisa Langsung Dipecat!
- Aung San Suu Kyi Serukan Agar Tahanan Politik di Myanmar Dibebaskan
- Badan Kehormatan DPR Kritik Keras Anggota DPR Yang Membawa Suami/ Istri Dalam Pengawasan Haji
- Ida Ria S, SE, MM. ( Komisi VI DPR RI ) : Setahun Pemerintahan SBY Jilid II Sudah Banyak Kemajuan Yang Dicapai
- Drs. H. Roem Kono ( Komisi V DPR RI ) : Manajemen Transportasi Jakarta Harus Segera Diperbaiki Untuk Urai Kemacetan
- Drs.H.Achmad Syafii,M.Si.(Komisi V DPR) : Jakarta Sudah Darurat Macet dan Banjir