logo seputarnusantara.com

Berjuang Untuk Masyarakat Pedalaman Mahakam Ulu, Wakil Ketua DPRD Ini Dapat Penghargaan

Berjuang Untuk Masyarakat Pedalaman Mahakam Ulu, Wakil Ketua DPRD Ini Dapat Penghargaan

Tiopilus Hanye, S.AB, M. Si., Wakil Ketua II DPRD Mahakam Ulu (kanan), saat terima pigura piagam dari General Chairman Lembaga API, Danny PH Siagian, SE., MBA.,MM.

28 - Okt - 2016 | 20:45 | kategori:Headline

Jakarta. Seputar Nusantara. Tak banyak yang mampu berjuang dari pedalaman hingga puluhan tahun kemudian bangkit menjadi pembawa aspirasi di Parlemen daerahnya.

Namun, Tiopilus Hanye, S.AB., M. Si., yang akhirnya menjadi Wakil Ketua II DPRD kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan eksistensinya.

Dan baru-baru ini dapat penghargaan ‘Indonesian Award of Parliament 2016’ dari Lembaga Anugerah Prestasi Insani (Yayasan Anugerah Prestasi Insani), Jakarta.

Penghargaan medali dan piala diberikan Ketua Dewan Pembina Lembaga API, Prof. DR. H.B Katili, MM, dan pigura piagam penghargaan diberikan General Chairman lembaga, Danny PH Siagian, SE, MBA, MM, didampingi Ketua Pelaksana, Moody J. Prang, SE. Acara ‘Inauguration Night’ itu berlangsung di Grand Ballroom, Hotel Lumire, Jakarta Pusat, Sabtu, 15 Oktober 2016 malam.

Ada 29 tokoh penerima penghargaan setelah sebelumnya terseleksi tahap pertama dan kedua, dari Lembaga Anugerah Prestasi Insani dan dua lembaga partner lainnya. Bersama Tiopilus, ada Bupati Natuna, Ketua DPRD, Kepala-kepala Dinas daerah lainnya menerima penghargaan kategori berbeda.

Tim Kajian Lembaga Anugerah Prestasi Insani menilai Tiopilus Hanye layak menjadi contoh model anggota Parlemen Indonesia di daerah, karena memiliki komitmen yang tinggi, serta konsisten dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dari pedalaman. Apalagi dalam upayanya untuk duduk sebagai anggota DPRD, Tiopilus menyambangi masyarakat pedalaman desa terpencil, yang masih sulit diakses jalan darat, hingga ke ujung perbatasan Negara Indonesia-Malaysia.

Dalam perberbincangan dengan media, Tiopilus menceritakan bahwa dari tahun 1999 sebenarnya dia sudah mulai terlibat memperjuangkan kepentingan masyarakat, dari jalur politik. Dia menjadi staf Fraksi di DPRD Kutai Barat (Kubar) waktu itu (sebelum pemekaran Mahakam Ulu) karena dia juga sebagai pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Setelah 15 tahun merasa yakin untuk turut menyuarakan aspirasi rakyat, barulah tahun 2014 lalu Tiopilus mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Mahakam Ulu (setelah pemekaran yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI, 14 Desember 2012).

Jadi anggota DPRD Mahakam Ulu tahun 2014, Tiopilus dipercaya menjadi Wakil Ketua II DPRD dari Fraksinya. Tentu, pengalamannya sebagai staf Fraksi di DPRD dan Pengurus partai puluhan tahun, membuat tugas sebagai wakil rakyat menjadi tidak asing baginya.

Bahkan semangatnyapun makin menyala-nyala memperjuangkan apa yang menjadi kepentingan masyarakat banyak. Karena tanggungjawab sudah langsung ada di pundaknya, dan dia sangat paham apa yang dibutuhkan masyarakat desa terpencil hingga pedalaman.

Menurutnya, kabupaten Mahulu masih jauh dari kesejahteraan. Beberapa indikatornya, seperti: sarana jalan menuju beberapa kecamatan masih banyak yang belum diaspal; jembatan penghubung antar kecamatan juga masih sangat minim; Rumah Sakit Umum Daerah juga belum ada (masyarakat masih dilayani Puskesmas) dan sekolah lanjutan juga belum ada, dan jika ingin melanjutkan pendidikan, harus ke ibukota kabupaten Kubar.

Sebab itu, masalah infrastruktur seperti sarana jalan dan jembatan masih menjadi prioritas, apalagi wilayah disana hampir 80 persen adalah hutan. Belum lagi, bagian ujung Mahakam Ulu, ada yang menjadi perbatasan dengan Malaysia, dan sangat sulit dijangkau melalui perjalanan darat, karena masih belum ada sarana jalan dan jembatan untuk mengaksesnya.

Hal inipun sudah pernah dibicarakan Tiopilus dan rombongan komisi gabungan DPRD Mahakam Ulu, ke DPRD provinsi Kaltim. Tiopilus membeberkan seperti: sarana jalan Tering–Ujoh Bilang–Long Apari yang sangat memprihatinkan, tidak beraspal dan rusak parah. Jalan tidak bisa dilalui jika hujan, sebab berlubang dan lumpur serta bebatuan mengakibatkan harus menggunakan jalur perairan.

Padahal total panjangnya jalan kurang lebih 300-500 km, dan merupakan akses jalan utama. Anehnya, ada pula sebagian jalan yang belum memiliki status, apakah jalan Kabupaten, Provinsi atau jalan Negara (Pemerintah Pusat). Tentu, bila dibiarkan, akan menghambat laju pembangunan.

Selain itu, persoalan pendidikan yang menyebabkan minimnya beasiswa karena kurangnya informasi. Listrik dan air bersih, juga masih sering dikeluhkan masyarakat. Masyarakat bahkan masih menggunakan mesin jenset dan sumur guna memenuhi kebutuhan keduanya.

Belum lagi masalah telekomunikasi yang masih sulit diakses jaringan internet, karena belum merata di 5 (lima) kecamatan di kabupaten Mahulu. Bahkan bantuan dana pendampingan sekitar Rp 80 miliar, belum juga diberikan Kutai Barat selaku kabupaten induk. Padahal itu sudah diatur dalam perundang-undangan setelah Mahulu terbentuk.

Memang, masih panjang perjuangan Tiopilus hingga periode 2019. Yang jelas, seluruh tenaga dan pikirannya dicurahkan untuk membangun Mahulu, sebagaimana menurutnya salah satu program Nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang membangun dari pelosok negeri.

Terkait penghargaan yang diterima, bapak 3 (tiga) anak ini mengatakan, penghargaan tersebut sebenarnya belumlah layak ia terima, namun itu juga merupakan penghargaan bagi Mahakam Ulu.

“ Saya sebelumnya sangat kaget. Karena saya masuk nominasi penerima penghargaan. Saya merasa belum pantas menerima penghargaan ini. Tapi, saya juga sangat menghargai pengakuan yang diberikan, dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Yayasan Anugerah Prestasi Insani Jakarta. Ini sekaligus penghargaan bagi masyarakat Mahakam Ulu,” ucap Tiopilus, Sabtu (15/10/2016) usai menerima penghargaan di Hotel Lumire, Jakarta Pusat.

Sementara itu, General Chairman Lembaga Anugerah Prestasi Insani, Danny PH Siagian dalam sambutannya di awal acara mengatakan, beberapa syarat penilaian tokoh terpilih: (1). Memiliki dedikasi dan produktivitas tinggi dalam bidangnya; (2). Mampu memberi kontribusi terhadap pembangunan SDM di lingkungan kerja maupun di masyarakat luas, baik dalam hal Iptek, sosial budaya, lingkungan hidup, dan lain-lain; (3). Mengupayakan kreativitas dan inovasi dalam bidang masing-masing; dan (4). Layak menjadi panutan masyarakat. (Aziz/ Dans)

BERANDA | RSS 2.0 | KATEGORI: Headline | Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.

Tulisan dengan Kategori Headline